Langsung ke konten utama

Keresahan: Tentang Kita, Remaja yang Dihadapkan Pada Dua Pilihan

Banyak yang tak kumengerti tentang hidup termasuk cinta dan benci, suka dan duka. Rasa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh orang sepertiku. Kadang aku bertanya, mengapa aku tidak bisa seperti mereka yang mengerti? Kadang aku menginginkannya. Tapi kemudian sadar ada konsekuensi besar di balik itu semua. Aku harus memilih mengorbankan masa muda dan mengadaikan masa depan demi sebuah rasa semu. Ataukah mengorbankan masa muda untuk belajar dan mengejar masa depan yang semu. Keduanya sama-sama tak pasti, namun setidaknya pilihan kedua tidak akan membuat terluka dan menyesal. Jika aku berjuang untuk pilihan pertama, aku tak yakin bisa sesantai ini. Menikmati masa akhir remaja tanpa tuntutan materi, menjadi maba kupu-kupu dan kadang bekerja sampingan sebagai penulis. Sampai di sini aku sadar, Tuhan tidak memberiku langsung apa yang aku inginkan, tapi melalui proses. Mungkin saja nanti aku bisa menjadi sejarawan sekaligus sastrawan atau penulis buku-buku sejarah. Yang perlu aku lakukan adalah melihat peluang dan menciptakan kesempatan. Tuhan tidak akan mengabulkan keinginan hambanya, tanpa usaha yang bersungguh-sungguh. Jalan yang dia beri memang tidak selalu mulus, tapi selama aku tidak menyerah dan berusaha untuk tetap berjalan meski pun tertatih, Tuhan akan mempermudah jalanku. Mungkin jika aku mengambil pilihan pertama, aku sudah terjerumus ke dalam pergaulan tanpa normal dan nilai, mengecewakan kedua orang tua dan mimpi itu akan berlari semakin jauh, meninggalkan aku yang terbuai oleh rasa semu. Pada akhirnya ketika menyadari, semua telah terlambat. Masa depan yang hancur, kebebasan masa muda yang terenggut, mental yang belum siap, maka apa yang lebih berat dari penyesalan? Kurasa pada saat itu, bunuh diri, mungkin solusi, terlalu malu menangung semua akibat dari kebahagian semu, sampai lupa pada Tuhan. Tapi ketika menulis ini, aku menyadari tidak semua remaja mengambil pilihan kedua, mereka cenderung memilih kebahagian semu. Aku merasakan sedikit penyesalan untuk itu. Kadang aku bertanya, mengapa mereka memilih menggadaikan masa depan? Ego remaja memang terlalu besar, perasaan bangga memiliki pacar yang hanya berpartisipasi lewat kata-kata kelewat manis berisi rayuan kosong, penurunan nilai, dan menginginkan apa yang orang tua kamu jaga dengan hati-hati sejak kecil. Pada akhirnya cinta yang kamu miliki membuat kamu buta, mengabaikan nasihat dan larangan kedua orangtua, mengabaikan sekolah, bermain tanpa menyadari waktu, yang paling fatal— pantaskah seorang gadis bepegangan tangan memadu kasih dengan pemuda yang katanya kekasih? Sesekali akan saling menggoda, berbagi ciuman, hingga hari itu datang. Kamu menyerahkan apa yang menjadi harga diri seorang wanita kepada pria yang bukan suaminya. Bahagiakah kamu melakukannya? Apakah ada setitik penyesalan dalam hatimu? Apa kamu merasa malu dan sangat berdosa kepada Tuhan? Apa kamu merasa sangat bersalah kepada orang tuamu, setelah mengkhianati kepercayaan mereka, mengabaikan semua perkataannya? Dan terakhir, apa kamu menyesal untuk masa depan yang telah hancur? Beberapa bulan kemudian, ada kehidupan lain di dalam rahimmu. Kamu dan pacarmu menemui kedua orang tua kalian, mengatakan apa yang terjadi. kalian mengatakan menyesal telah melakukannya dan akan mempertangung jawabkannya. Namun apa kalian pikir semua akan baik-baik saja setelah pernikahan? apa kalian tidak berpikir bagaimana hancurnya nama orang tua kalian di mata masyarakat? Bagaimana mereka merasa gagal menjadi orang tua dan merasa semua usaha untuk membesarkan kalian dengan akhlak yang baik, sia-sia. Orang tua kalian terpaksa melaksanakan pernikahan dengan cepat, karena setiap hari perut si perempuan akan semakin membesar. Setelah pernikahan, apa kamu merasa bahagia? Kalian tidak akan merasa sebahagia itu. Kandungan yang semakin besar, membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pemeriksaan dan persalinan, sedangkan kalian hanya sepasang remaja yang dibutakan oleh cinta. Jadi bisa beritahu aku di mana maksud dari tanggung jawab yang kalian katakan kepada orang tua kalian? Jadi bisakah mulai sekarang kita abaikan opsi nomor satu? jodoh tidak akan tertukar. Semakin baik kamu, maka jodohmu pun akan sama baiknya.

 

 

(14 Juli 2020)

Biru


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan 1

Aku tahu setiap orang tua selalu khawatir tentang anak mereka, dan berharap bisa memantaunya setiap saat. Tapi, pernahkah mereka berpikir justru hal itu membuatnya anaknya terkekang dan menginginkan kebebasan? Aku tahu sebagai seorang anak sudah seharusnya menuruti keinginan orang tuanya dan berbakti kepada mereka. Tapi, bisakah aku lebih egois lagi? Aku hanya ingin sedikit kebebasan di duniaku yang kecil? Aku hanya meminta sedikit saja, bisakah kalian mengabulkannya? Aku memang bukan anak yang berbakti, aku tahu itu. Ketika aku sendirian, merenung apa yang selama ini terjadi dan telah aku lalui, aku menyadari ini seperti burung dalam sangkar, kalian seolah membuatku memiliki sayap untuk terbang tinggi, tapi kenyataannya itu tak akan pernah terjadi karena kalian telah menciptakan pembatas tak kasat mata. Aku selalu menangis ketika mengingatnya. Tolong jangan selalu mengekangku dengan ke egoisan kalian, karena aku yakin aku bisa berdiri di atas kedua kaki ku sendiri untuk mengggaoai...

Coretan 2

Sukanagara, 26 Maret 2020 Suara basah malam yang tak jugaa membawa gundah. Teruntuk: semesta yang kuat Dapatkah aku menjadi pemenangnya?             Aku masih sibuk bertanya, sampai kapankah diri ini akan terus melangkah? Sedang hari esok adalah misteri. Lelah rasanya dalam dilema yang terus mengusik. Satu waktu aku hanya ingin berhenti. Tapi, beberapa saat kemudian aku akan kembali melangkah dengan tegap, atau kadang pincang. Ada satu sudut hati yang tak mau berhenti terus mengatakan untuk terus melangkah. Sekarang aku di sini, mulai mempertanyakan kembali. Tapi jauh di sana, di dasar hati aku ingin semesta menyemangati dan berbaik hati memberi keringanan.             Aku tahu, satu persatu mimpi mulai bisa kuraih, tapi aku merasa hampa. Kadang aku hanya ingin menangis. Kadang rasanya begitu menyesakan, dan… melelahkan. Seseorang mengatakan padaku untuk berhe...