Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Coretan 2

Sukanagara, 26 Maret 2020 Suara basah malam yang tak jugaa membawa gundah. Teruntuk: semesta yang kuat Dapatkah aku menjadi pemenangnya?             Aku masih sibuk bertanya, sampai kapankah diri ini akan terus melangkah? Sedang hari esok adalah misteri. Lelah rasanya dalam dilema yang terus mengusik. Satu waktu aku hanya ingin berhenti. Tapi, beberapa saat kemudian aku akan kembali melangkah dengan tegap, atau kadang pincang. Ada satu sudut hati yang tak mau berhenti terus mengatakan untuk terus melangkah. Sekarang aku di sini, mulai mempertanyakan kembali. Tapi jauh di sana, di dasar hati aku ingin semesta menyemangati dan berbaik hati memberi keringanan.             Aku tahu, satu persatu mimpi mulai bisa kuraih, tapi aku merasa hampa. Kadang aku hanya ingin menangis. Kadang rasanya begitu menyesakan, dan… melelahkan. Seseorang mengatakan padaku untuk berhe...

Coretan 1

Aku tahu setiap orang tua selalu khawatir tentang anak mereka, dan berharap bisa memantaunya setiap saat. Tapi, pernahkah mereka berpikir justru hal itu membuatnya anaknya terkekang dan menginginkan kebebasan? Aku tahu sebagai seorang anak sudah seharusnya menuruti keinginan orang tuanya dan berbakti kepada mereka. Tapi, bisakah aku lebih egois lagi? Aku hanya ingin sedikit kebebasan di duniaku yang kecil? Aku hanya meminta sedikit saja, bisakah kalian mengabulkannya? Aku memang bukan anak yang berbakti, aku tahu itu. Ketika aku sendirian, merenung apa yang selama ini terjadi dan telah aku lalui, aku menyadari ini seperti burung dalam sangkar, kalian seolah membuatku memiliki sayap untuk terbang tinggi, tapi kenyataannya itu tak akan pernah terjadi karena kalian telah menciptakan pembatas tak kasat mata. Aku selalu menangis ketika mengingatnya. Tolong jangan selalu mengekangku dengan ke egoisan kalian, karena aku yakin aku bisa berdiri di atas kedua kaki ku sendiri untuk mengggaoai...

Puisi 2 (Nastapa Berselimut Remang)

                                                    Nastapa Berselimut Remang (Dewi) Termin berjalan terus tanpa pernah reda Jari masih terus menggores dengan lihai frasa, bercerita tentang kita Mega dalam bumantara bergerak dalam rima senja Biru laut cakrawala terganti jingga yang bercerita Sesak rasa menggerogoti jiwa mengigat kisah yang berakhir paksa Gugur daun-daun berpadu dalam lara Secangkir teh tersaji di atas meja berhias bunga kenanga Tenang terasa menyiksa, bayangmu masih bertahta Malam menjeritkan pedihnya prosa Candra anindita sampaikan padanya tentang nastapa berselimut remang yang masih terjaga