Banyak yang tak kumengerti tentang hidup termasuk cinta dan benci, suka dan duka. Rasa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh orang sepertiku. Kadang aku bertanya, mengapa aku tidak bisa seperti mereka yang mengerti? Kadang aku menginginkannya. Tapi kemudian sadar ada konsekuensi besar di balik itu semua. A ku harus memilih mengorbankan masa muda dan mengadaikan masa depan demi sebuah rasa semu. Ataukah mengorbankan masa muda untuk belajar dan mengejar masa depan yang semu. Keduanya sama-sama tak pasti, namun setidaknya pilihan kedua tidak akan membuat terluka dan menyesal. Jika aku berjuang untuk pilihan pertama, aku tak yakin bisa sesantai ini. Menikmati masa akhir remaja tanpa tuntutan materi, menjadi maba kupu-kupu dan kadang bekerja sampingan sebagai penulis. Sampai di sini aku sadar, Tuhan tidak memberiku langsung apa yang aku inginkan, tapi melalui proses. Mungkin saja nanti aku bisa menjadi sejarawan sekaligus sastrawan atau penulis buku-buku sejarah. Yang perlu aku lakuka...